Dulu waktu SD, cita-cita saya menjadi dokter. standar.
Waktu SMP, cita-cita saya menjadi guru. berbeda jauh dari yang pertama.
Waktu SMK, cita-cita saya... emmm... saya tidak punya cita-cita. hahaha
Karena saya yakin, saya lulus SMK langsung dapat pekerjaan. dan bodohnya saya waktu itu tidak memikirkan lagi apa cita-cita saya yang sebenarnya.
ketika saya sudah bekerja selama 11 tahun hingga sekarang, saya juga belum punya cita-cita lagi. kok bisa? ketika kita sudah punya pekerjaan, sibuk dengan kerjaan, stres karena deadline atau bos galak dsb dsb; atau yang ngurus rumah tangga, sibuk dengan urusan anak, sibuk beberes rumah, sibuk shopping kesana sini dsb dsb; keadaan itulah yang kadang membuat kita lupa akan cita-cita kita.
tadi pagi waktu membicarakan soal commuter line dengan teman saya, tiba-tiba saya dapat wangsit, cita-cita saya apa sih sekarang?
saya tidak bicara soal goal. semua orang memang harus punya goal. menurut saya, justru proses meraih goal itu yang penting dan berkesan (seru), bukan goalnya. menurut saya, goal dan cita-cita itu bisa berbeda. cita-cita itu bisa seaneh dan setinggi mungkin, sedangkan goal, biasanya, harus benar-benar yang bisa kita raih dan prediksi sesuai kondisi lingkungan dan diri sendiri.
nah, cita-cita saya sekarang menjadi guru. bukan guru biasa, tapi mahaguru. maharesi. wehehe
untuk mencapai itu, saya baca buku banyak2, praktekin dari teori2 banyak2, sharing banyak2, mendengarkan banyak2, belajar kasak kusuk banyak2. everything should have a reason. jadi kalau saya kasih statement a atau b haruslah dari riset yang dipercaya. jadi nanti murid2 bisa lebih eksplor lagi. itu cita2 saya.
biasanya untuk anak SMK dan SMA yang ingin melanjutkan atau dipaksa melanjutkan kuliah sampai s1, pasti jurusannya juga pilih2 (mungkin pilihan sendiri atau orang tua), dan biasanya pekerjaan yang didapat setelah selesai kuliah itu juga memudarkan cita2 kita. kenapa? comfort zone. zona nyaman seseorang ketika sudah bekerja, dapat penghasilan, hidup nyaman tenteram tiap bulan digaji, well.. sedikit membunuh cita-cita sih. lupa deh sama cita-cita. hanya goal aja yang kepikiran.
sebenarnya, kita bisa terus menghidupkan cita-cita kita. Tuhan sudah membuat takdir, kalau memang kita tidak bisa meraih cita-cita itu, kan bisa kita ubah sekehendak hati kita. yang pasti buat cita-cita setinggi mungkin, lebih tinggi dari bulan. dan raih itu. jangan hanya melulu goal saja yang dipertimbangkan, lupa dengan cita-cita sendiri, seperti saya ini, yang baru punya cita-cita lagi.
kalau cita-cita sudah tercapai, mau apa lagi?
gampang
buat cita-cita setinggi bulan yang baru! cita-cita kan tidak selalu sejalan dengan karir atau jurusan sekolah. misalnya jurusan sekolahnya otomotif, tapi cita-cita kan bisa menjadi profesor arkeologi. atau pekerjaannya finance, cita-cita kan bisa menjadi ilmuwan..
pentingnya cita-cita adalah karena karier yang kita jalani, bukanlah cita-cita, tapi goal. karier itu ada naik turunnya sedangkan cita-cita harus setinggi bulan!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar