Rabu, 13 Juni 2012

masa depan yang kelihatan

Judul diatas seperti kesannya saya ingin mengajarkan kepada Anda semua tentang ilmu ramal yah?

bukan kok bukan!

Sebenarnya, masa depan kita itu tidak jauh2 kok. Hanya terletak dari kepekaan kita saja terhadap sekitar. Dan enggak usah pakai ilmu yang ribet2 untuk tahu masa depan kita. Enggak perlu terlalu stres untuk memperhitungkan segala kemungkinan untuk tahu masa depan. Enggak perlu nanya orang pinter, dukun apalagi tukang ramal, atau astrolog untuk tahu masa depan apalagi pakai ketik Reg spasi RAMAL kirim ke 9999.


CARA GAMPANG

Mau tahu masa depan mah gampang.

Caranya?

Lihat saja orang tua kita.
Kira2 seperti itulah masa depan kita. Seperti itulah kondisi kesehatan, finansial, gaya hidup, keriput, gaya berpakaian, tutur kata, dsb2 yang akan terjadi pada kita.

Hehe. Gak percaya? Masak?


Kalau kita mau dan bertekad ingin sukses di masa depan, tolak ukur kita yang paling dekat adalah harus lebih maju beberapa langkah dari orang tua kita. Misal: kalau orang tua penjahit, kita designer. kalau orang tua guru, kita dosen. Kalau orang tua kita karyawan, kita bos. kalau orang tua kita bos, kita investor. kalau orang tua pedagang, kita supplier. Semacam itu lah. Naik peringkat di atas orang tua kita.

Masalah kesehatan juga kudu diperhatikan. Misal: ortu mengudap kanker, kita harus jaga pola hidup. Ortu punya maag akut, makan kita dijaga. Ortu punya diabetes, pola makan kita jangan terlalu banyak gula. Ortu terkena radang paru, kita jangan merokok. Semua itu harus diperhatikan karena kemungkinan besar kita akan menghadapi masalah penyakit yang sama.

Gaya hidup juga harus dilihat. Kalau ortu merasa kesusahan membiayai sekolah kita, alias ngutang sana sini, kita harus punya plan untuk dana pendidikan anak. Kalau ortu suka bingung dengan uang jajan kuliah kita, kita harus sudah siap memperhitungkan uang jajan anak. Kalau ortu bilang tidak bisa menyekolahkan kita, kita harus bisa menyekolahkan semua anak2 kita.

Kalau ortu hobi belanjanya menggila, kita harus bisa belanja dengan 'waras'. Kalau ortu suka ngutang ke saudara, kita harus malah membantu saudara. Kalau ortu kreatif punya usaha, kita harus punya lebih banyak ide dan usaha.

Tak salah memang pepatah, buah jatuh tak jauh dari pohonnya.
Ini juga masuk ke arah masa depan, bukan hanya karakter dan sifat saja yang mirip.

PRAKTEKKAN

Sekarang lihat baik2 orang tua kita. Dari segala aspek, dalam usia mereka, kita akan mengalami hal serupa walau jaman berganti dan teknologi berkembang lebih maju dari sekarang. Tiap roda kehidupan itu berputar kembali ke titik permulaan, jadi mungkin nantinya kita akan mengalami masalah di masa depan yang sama dihadapi orang tua kita.

Bagi yang masih sekolah, sebelum bilang ke diri sendiri kalimat: "ah enggak mungkin" "ah belum tentu dong!" "gue enggak percaya!" "bullshit!" coba paksakan seluruh panca indera kita memperhatikan orang tua. Dulu mereka (mungkin) seperti kita, besok kita yang (mungkin) seperti mereka.

Lakukan gerakan preventif untuk mencegah hal buruk dan negatif. Ini menyangkut segala hal termasuk gaya hidup, pekerjaan, karier, kehidupan rumah tangga, sikap dan sifat, dsb2. Coba camkan dalam hati masa depan kita harus lah 2000 kali lebih baik dari apa yang orang tua kita rasakan sekarang.

MAKE IT WORK!

Jumat, 08 Juni 2012

Ongkos overload?

Teman saya punya cara sendiri2 buat sampai ke kantor, beberapa caranya adalah sbb:
1. minta anterin suami atau pacar (buat jadi ojek pribadi-kasarnya)
2. naik kereta
3. naik bus atau angkot
4. bawa kendaraan sendiri

Saya tidak mempermasalahkan bagaimana dan dengan cara apa mereka pergi ke kantor PP, semuanya kembali kepada kebutuhan dan 'kepercayaan' masing2 orang. Yang ingin saya angkat disini adalah tentang biaya yang kita pakai sebagai ongkos tiap bulan, berapa rupiah yang kita harus keluarkan tiap hari. Bisakah dikecilkan? Atau malah membengkak dari bulan ke bulan?

PERHITUNGAN (yang kadang bikin malas)

Rata2 orang yang sudah bekerja sudah tahu persis berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk kebutuhan ongkos PP. Lain hal kalau PP kita itu diantar oleh 'ojek pribadi' tadi. Mungkin ongkos bisa di 'singset' kan sedemikian rupa jadi bisa dipakai untuk hal lain, mungkin ditabung atau buat nambahin beli Samsung Galaxy terbaru. Hehe..

Ada juga anak sekolahan yang sudah pusing soal ongkos. Jadi bukan orang tuanya saja yang pusing soal ongkos, mereka juga ikutan pusing. Mungkin karena lembaran rupiah yang dikasih orang tuanya terlalu mepet untuk ongkos hingga tak bersisa, atau mungkin karena justru sisa dari yang dikasih orang tua itu terlalu sedikit buat ditabung (misalnya buat nge-mall, atau sekedar nongkrong dengan kawan).

Resep saya, kalau sudah terlalu tidak mau diambil pusing, ambil prinsip form dibawah ini saja:
  1. Bagi yang bekerja naik angkot/bus: misalnya: sekali jalan=naik angkot 2rb+naik kereta 7rb+naik kopaja 2rb=11rb, karena PP jadinya ya dikali 2=>11rbx2=22rb. Untuk ongkos sebulan, dengan kerja selama 22 hari, total ongkos PP adalah=>22rbx22=484rb.
  2. Bagi yang bekerja dengan kendaraan sendiri, misalnya motor. Bensin butuh 2 liter PP. 2 liter=4500x2=9rb sehari x 22 hari kerja=198rb. Jangan lupa siapkan juga uang dadakan kalau2 terjadi bencana 'alien' misalnya ban bocor atau ditilang. (4500 rupiah harga bensin saat ini, sebelum naik lagi)
  3. Bagi yang sekolah, mungkin ongkosnya bisa separuh dari ongkos no. 1 diatas karena kalau ongkos naik angkot dan bus biasanya setengah dari orang dewasa dan kalau naik kereta ada fasilitas kartu commet buat anak sekolah yang harganya kira2 setengah dari harga kartu commet umum. Kalau diantar oleh orang tua tidak usah memikirkan ongkos.
Nah hitung2an diatas itu bisa fix sekali tapi kebanyakan malah melar dan expand plus overload (lebay) dengan tidak terduga. Misalnya saja, buat kongkow bareng teman pas pulang kantor, ban bocor melulu, tiba2 ditilang habis2an sama bapak berseragam, yang sekolah pengen nge-mall buat cuci mata atau pengen naik gunung buat refreshing.

kalau sudah overload, jantung langsung deg2an biasanya. harus siap2 jurus nganjuk alias ngutang.

Ah, gak usah ngutang deh, nanti kebiasaan. Ongkos itu kan basic finansial sendiri. Yang paling dasar malah. Kalau yang paling dasar aja udah ngutang bisa kebaca kalau untuk nutupin biaya hidup harus kayak gimana: morat-marit.

Bagi yang sekolah, jangan suka minjem sana sini juga. Lebih baik berterus terang ke orang tua kalau ongkos terlalu mepet atau kurang. Karena bagaimanapun masa sekolah kan masa penuh kompromi dengan orang tua, karena orang tua tidak merasakan lagi sekolah, jadi tidak tahu kebutuhan real dari anaknya sehari-hari. Berikan saja resep gampang saya di atas, dibubuhi catatan dengan uang jajan, uang kongkow, uang refreshing dsb. Dialog tentang uang ke orang tua bukanlah tabu menurut saya, hanya perlu keterbukaan anak dan orang tua, jadi tidak ada yang menderita di salah satu pihak.

WAAA!! BARU TENGAH BULAN UDAH ABIS NIH BUAT ONGKOS!!


Tenang. Saya juga sering kok menghadapi situasi macam ini. Cara mengatasinya? Terpaksa gali2 recehan dari celengan atau pinjem ke ortu. Tapi eits! Seperti saya bilang tadi, jangan ngutang ya. Kalau udah hal ini terjadi, dan tidak ada celengan yang bisa dikorek2, ya sudah mau tidak mau ngutang ke orang. Tapi hal ini jangan jadi kebiasaan.

Nah untuk kasus ini, saya punya resep khusus yang gampang lagi:
  1. Bagi yang bekerja, kita mengenal ada beberapa kantor yang membuka fasilitas 'tabungan' buat para karyawannya. Dalam arti kata, ada beberapa karyawan yang bisa menyimpan uang mereka di finance. Pilih orang finance yang biasa memegang hal seperti ini, dan pastinya, pilih juga yang terpercaya. Sisakan 500rb sebulan (tergantung kemampuan), untuk ditaruh di orang finance tadi. Uang tersebut adalah untuk uang 'jaga2' kalau ongkos kurang dan tiba2 tengah bulan tidak ada uang lagi di dompet.
  2. Atau, bisa juga seperti ini. Bagi yang bekerja, bisa membuka tabungan di rekening tertentu, ATMnya, serahkan ke bagian finance kantor agar tidak dipakai. Hanya dipakai pada waktu yang sangat genting, karena tidak ada ongkos di tengah bulan. Atau bisa juga titip ke orang rumah, yang bisa dipercaya untuk menyimpan kartu ATMnya (tanpa menggunakannya, tentunya).
  3. Untuk yang sekolah, biarpun hanya tersisa 500 perak tiap hari, coba masukkan ke celengan bergembok. Cari celengan yang gemboknya bisa dibuka, dan kuncinya sembunyikan atau minta tolong ortu untuk menyimpannya. Gunakan celengan itu hanya untuk menambal ketiadaaan ongkos yang tiba2 terjadi. Labeli celengannya dengan nama dan keperluannya, misalnya Celengan ini milik Icad, Untuk Keperluan Mendadak.
Dengan menggunakan kebiasaan ini, diharapkan kalau habis ongkos di tengah bulan atau ada keperluan mendadak yang menggunakan ongkos sebulan, kita masih punya back up plan. Tidak perlu ngutang toh?

NGUTANG KE ORANG TUA

Saya dulu juga sering minjem ke mama kalau ongkos saya habis. Terus enggak saya ganti. Makin manyun lah mama saya itu. 
 
Sekarang, walaupun hanya seribu dua ribu, setiap minjem ke orang tua, saya harus disiplin mengembalikannya, kalau bisa dengan jumlah yang lebih besar. Karena hutang walaupun dengan orang tua tetaplah hutang. Jangan sampai mentang2 dengan orang tua, jadi hutangnya dillupakan saja. Mereka kan juga butuh uang, begitupun kita, jadi sama2 harus saling menghargai.

Bagi yang bekerja dan masih ngutang ke orang tua, segera lunaskan. Jangan didiamkan saja. Kalau ingin dibayar dalam bentuk lain, misalnya sembako untuk keperluan orang tua, jelaskan dengan detil dari awal, supaya tidak ada salah paham. Seperti saya bilang, dialog uang dengan orang tua bukanlah hal tabu, justru pikiran masing2 harus saling terbuka dalam berbicara tentang hal ini.

Ada teman saya yang membayar hutang ke orang tuanya dengan cara memberi beras 5kg tiap bulan ke orang tuanya. Sebelum orang tuanya salah paham, awalnya dia sudah bilang kalau hutangnya dia bayar dengan beras setiap bulan, jadi orang tuanya tidak perlu lagi membeli beras.

Ada juga yang membayar hutangnya dengan cara membayar biaya berobat rutin ke dokter untuk orang tuanya. Ada seorang anak sekolahan yang membayar utangnya dengan ikut berjualan (menjadi sales dadakan) dengan orang tuanya di pasar kaget setiap minggu. Itu semua mereka lakukan dengan pernyataan dan dialog dari awal, untuk membayar hutang.

Semoga ongkos overload tidak menjadi masalah buat kita lagi. Coba gunakan resep2 saya di atas. Atau ada resep yang lain? Silahkan loh :)