Rabu, 24 Oktober 2012

ucapan kelahiran anak

Pernah lihat atau dengar kalimat ini tidak? Biasanya diucapkan ketika ada anak yang baru lahir sebagai ucapan selamat dan doa.

"Selamat ya.. semoga menjadi anak yang saleh, berbakti pada orang tua, nusa dan bangsa serta agama."
"Semoga menjadi anak kebanggan bagi orang tuanya."
"Semoga menjadi anak pintar, cantik dan berbudi pekerti luhur."

Semua doa dan ucapan dari mulut orang lain kepada si bayi yang baru lahir terasa berkah.

tapi lucunya, jadi timbul pertanyaan, sbb:
Apa bisa si anak nantinya jadi anak saleh, kalau orang tuanya hobi korupsi?
Apa mungkin si anak jadi berbakti pada orang tua, padahal si orang tua sendiri tidak mau membiayai ibunya yang terbaring di rumah sakit?
Apa mungkin bisa menjadi kebanggaan nusa dan bangsa, kalau si orang tua ternyata gembong pelaku ilegal logging?
Apa bisa si anak menjadi teladan yang baik bagi umat, kalau orang tuanya rentenir?
Apa yang mau dibanggakan si anak, kalau ternyata orang tuanya, punya banyak simpanan?
Bagaimana si anak jadi cantik, kalau orang tuanya tidak ada yang cantik?
Bagaimana si anak mau menjadi anak yang sopan, kalau orang tuanya tidak sopan kepada tetangga?

segala doa itu rasanya bisa langsung menjadi cerminan bagi orang tuanya.
seperti pepatah bilang, buah tidak pernah jatuh terlalu jauh dari pohonnya. begitu juga tentang anak.
hal ini seharusnya jadi cerminan bagi orang tua, ketika mereka menghadapi kesulitan tentang anak suatu hari nanti. bisa jadi, itu lah buah yang mereka lakukan dulu.

lain hal kalau memang orang tuanya baik2, lantas anaknya jadi begundal teroris. nah ini perlu ditelusuri dari mana salahnya.
kesalahan anak pasti ditanggung juga oleh orang tuanya. jadi kalau mau introspeksi, lakukan dari dua arah, anak ke orang tua, orang tua ke anak. tidak ada manusia sempurna, maka dari itu introspeksi saja, saya rasa sudah bisa membuat segalanya berubah ke arah yang lebih baik.

--
hehe.. serius amat ya..
saya titip pesen ya, kalau ada kerabat atau teman yang baru melahirkan, ucapannya jangan cuman untuk bayinya aja, juga untuk orang tuanya, jadi biar semua didoakan dan diberi selamat.

Senin, 22 Oktober 2012

kakek kakek

Saya pesen ya sama pembaca yang ganteng2, yang cute2, yang cantik2...

Kalau punya kakek atau bapak yang sudah tua dan sedikit pikun, apalagi sikapnya sudah kembali seperti anak2 lagi; kalau kemana2, tolong diantar ya. jangan dibiarin sendiri. kasihan. nanti nyasar. nanti nyelonong aja kemana2. nanti kalau lapar haus, minta2 ke orang lain.
Tidak apa repot sedikit, yang penting mereka ada di bawah pengawasan kita. awasi lah dengan penuh kasih sayang ya.

--

Tadi saya naik kopaja. ongkos kopaja kan 2 ribu ya, saya kasih ke kernetnya lembaran 5 ribu. kembalinya? ya, 3 ribu dong hehe.. lembaran 2 ribu dan recehan gopek 2.

Seorang kakek disebelah saya tahu2 menyodorkan tangannya.
"Minta itu." Minta kembalian saya maksudnya. Kembalian yang lembaran 2 ribu. saya langsung kasih saja. saya langsung mikir, ini kakek2, pasti udah tua banget ya, sampai dia sudah seperti anak kecil saja, minta ini itu tinggal tunjuk dan tidak malu lagi. saya kasihan. lalu sisa gopek 2, saya kasih lagi. saya liat dompet kecil saya, hehehe.. abis dong ongkos.. 

Lalu si kakek mengoceh ini itu. dia bilang, dia di jakarta dari tahun 1950-an. dulu, gedung Sampoerna Strategic itu adalah pabrik pakaian milik orang Cina. saya nyengir2 saja. di pikiran saya, gimana ya ongkos pulang saya. hahaha... 

tu kakek turun di Polda. Oh iya, kernet juga sempet kasih 2 ribu ke dia.

Kakek2 itu, pakaiannya rapih. hanya saja senang ngoceh sana sini. kadang omongannya tidak jelas. dan kalau sudah lihat duit, wah bisa langsung minta tanpa 'maaf' malu. dia pergi sendiri loh, tidak ada yang antar. saya kasihan. kemana ya anaknya? atau cucunya? atau ponakannya? atau siapa pun yang termasuk keluarganya yang masih sehat muda dan kuat. kenapa mereka tak peduli?
Lain hal kalau si kakek masih sehat mentalnya, belum balik ke mental anak kecil lagi. dan belum ngomong ngalur ngidul. enggak apa2 itu pergi sendiri.

Peka lah, peka lah.. kasihan loh yang begini.

Kita juga tidak muda terus kan? suatu saat kita bisa seperti itu.

--

Kemarin dulu saya juga sempat bertemu nenek tua yang lupa membawa ongkos di angkot. saya kasih saja yang ada di kantong saat itu, diluar ongkos.
padahal nenek itu masih sehat, buktinya, dia sampai tidak lupa membawa air teh yang diplastik untuk dirinya minum.
seteleh dia meraba kantongnya, memeriksa kantong di celana, di dalam 'maaf' kutang, enggak ketemu uangnya. saya sudah feeling, dia pasti lupa sama uangnya.
saya kasih saja. lupa saya kasih berapa, yang pasti senyumnya kembali merekah ketika dia menerima uang dari saya.

--

Penting bagi kita untuk peduli dan peka terhadap generasi tua kita, mulai lah dari keluarga. Jangan dicuekin.
Sayangi mereka. kalau sikap mereka sudah kembali menjadi seperti anak kecil, sayangi mereka seperti mengasuh seorang anak. karena saat itu mungkin ingatan mereka sudah mulai diambil Tuhan, lalu fisik, kedewasaan, dll.
Intinya, bersabarlah. dan berdoalah agar kita tidak seperti mereka ketika kita tua nanti.

Hiduplah untuk 100 tahun. melihat cucu dan cicit dewasa. tapi jangan sampai sakit2an, atau merepotkan mereka. 

Jumat, 19 Oktober 2012

The Power of Words (3)

Pernah dengar tidak kalau orang tua 'ceramah'?
Kalau ada kata atau perbuatan kita yang salah, biasanya mereka mengingatkan, kadang dilabeli sebagai 'ceramah' oleh kita. lalu kita menggerutu, kita bilang mereka cerewetlah, banyak menuntut lah, nyebelin lah, bawel lah, berisik lah, dan yang lainnya.
padahal mereka berbuat begitu karena mereka sayang.
tapi kadang saya juga merasakan, sebagai orang tua, mereka juga butuh semacam penghargaan yang ditunjukkan secara nyata untuk mereka, walau dalam kondisi mereka melakukan perbuatan salah.

saya tidak membicarakan hal itu.
sekarang saya ingin bertanya, waktu diomeli orang tua, siapa yang kadang mendengar cercaan dari orang tua?
misalnya:
"Dasar lo, anak enggak tahu diri!"
"Udah pergi sana, enggak usah pulang sekalian!"
"Kamu tuh susah banget dibilangin sih? Jadi anak tuh harus nurut!"
"Dengerin ya, omongan mama, kalau enggak nanti uang jajan kamu bulan ini mama potong habis!"
"Jangan ikutin si A, dia kan tukang madat!"
"Nakal banget sih kamu!"
dll

kadang apapun yang diucapkan, tidak terasa keluar begitu saja. kadang tidak ada remnya. bener loh, kadang orang tua juga tidak punya rem kalau sedang marah.
apakah ini manusiawi? mungkin. karena harusnya orang tua harus melihat bahwa anak adalah titipan Tuhan yang harus dirawat dan dijaga. tapi yah, namanya manusia kan ada lupanya.

tahukah kamu kalau perkataan apapun dari orang tua dalam bentuk apapun, baik yang diucapkan maupun yang tidak, bisa menjadi doa buat kita?
dan seperti kita ketahui, karena jasa mereka lah kita ada di dunia, sekolah, dan mungkin bekerja.
misalnya mereka meneriaki kita dengan sebutan, "Bego banget sih kamu!" mungkin otak kita akan benar2 jadi bodoh, entah itu dalam pelajaran atau dalam bertingkah laku dengan teman.
atau dengan perkataan,"Nakal!" kita akan tumbuh dewasa dengan cap itu dalam diri kita.

perkataan orang tua baik yang diucap maupun yang didalam hati adalah doa. maka berhati2lah berurusan dengannya.

kalau orang tua memarahi kita dengan perkataan yang menyakiti hati kita, atau tidak enak terdengar, usahakan agar mereka segera meralatnya. takutnya hal itu akan menjadi kenyataan. segera saja minta maaf, jangan balik mengatai mereka, hanya akan membuat kita sakit hati. sehingga keburukan dari perkataan mereka tidak terwujud.
misalnya: "Kamu itu anak enggak tahu diuntung!"
"Astaghfirullah! Mama, maafkan saya."

"Dengerin bapak! Kuping kamu dimana sih taruhnya!"
"Iya, pak. Maafkan saya."

Biasanya ketika orang tua mendengar permohonan maaf dari kita, hati mereka akan langsung luluh. walau hati mereka sedang panas, rasa kasih sayang mereka bisa mengalahkan rasa marah mereka. lain hal kalau orang tua kita itu sakit perasaannya, alias depresi, mereka malah makin jadi marahnya, nah kalau sudah begini, ya sudah diamkan saja, jangan dimasuki perasaan, karena sebenarnya mereka sedang memarahi diri mereka sendiri.
perbedaan marah karena sayang, dengan marah karena depresi atau halusinasi atau stres, bisa terlihat jelas dari kata2 yang diucapkan. sebagai anak, kita kan bisa langsung mengenal tanda2nya. kalau kata2nya tidak bisa berhenti, walau kita sudah meminta maaf, ya sudah diamkan saja.

sebagai anak, kadang kita juga dituntut untuk menjaga perasaan mereka, tapi jangan lupa juga, kita pun harus jaga perasaan sendiri. ucapkanlah maaf. dengan mengucapkan maaf, bukan berarti kita kalah argumen, tapi anggaplah itu bentuk terima kasih kita kepada orang tua yang sudah susah payah menyekolahkan kita, menjaga kita dari kecil.

dan sebagai orang tua, haruslah benar2 dipilih kata2 untuk memarahi anak. jangan yang menyakiti hati mereka, atau merendahkan mereka. carilah yang bisa mereka cerna sesuai dengan usia mereka, kalau kelepasan bicara, langsung gantilah.
misal:"Kamu kok enggak dengerin omongan mama sih? dengerin lah Nak.."
dengan nada yang menurun, tidak makin meninggi.
mudah2an hati mereka tersentuh. dan marah orang tua tidak menjadi2.

hati2lah berkata kepada anak atau kepada orang tua ketika kita marah. jangan sampai hal jelek yang terucap itu terwujud. sebaiknya ucapkan dengan nada rendah, jangan dengan nada tinggi. selain tidak baik untuk tekanan darah, bisa jadi tidak enak terdengarnya.

Selasa, 09 Oktober 2012

syukuri kelebihan orang

judul diatas, untuk sebagian diri saya bilang, apaan tuh???!!

hehe

Kan kadang kita temukan, kalimat seperti ini,
"Kita ini harus bersyukur, masih mending dapet ini.. daripada liat tuh orang dapetnya cuman itu doang.."
"Kita tuh harus bersyukur, masih bisa napas, tuh ada orang yang napas aja mesti pake mesin."
"Kita harus banyak2 bersyukur, biar makin banyak rejekinya."
"Syukuri apa yang adaaaaaa.. bulu ketek bulu dadaaaaaa.."

Kita harus bersyukur. betul. Kita memang kudu bersyukur atas segala yang Ia beri. betul.
Tapi pernahkah kita bersyukur atas apa yang Ia beri pada orang lain?
Hayoo... jujur...

Misalnya nih, temen sebangku dibeliin BB baru. apa yang pertama kali kita pikirkan?
"Wah, enak bener dia dapet BB.."
"Ih padahal kemaren bilangnya enggak punya duit, sampe ngutang ke gue.."
"Paling2 dia malak nyokap bokapnya tuh, makanya bisa kebeli tu BB.."
"Halah, pamer aja tuh. Pamer!"
"Biar bisa diterima sama gank nya kali, jadi beli deh BB.."
"Wah, keren banget ya BB nya, pengen banget punya, tapi gak ada duitnya.."
"Nanti gue pinjem ah.."

Pernah gak sekali aja yang terlintas di otak kita, adalah kalimat berikut:
"Alhamdulillah ya Allah, dia udah punya BB!"
atau
"Puji Tuhan! Dia bisa punya BB."

Beda loh rasanya. Beda banget.
Coba deh.

Misalnya ada orang yang ditimpa kesusahan aja, kita harus langsung sigap membantu, ngucapin Inna lillaahi wa inna ilaihi roji'uun. apalagi orang yang 'ditimpa' keberuntungan? langsung dong, memuji Tuhan, alhamdulillah. jangan malah nyinyir, prasangka jelek, niat jelek, ngiri, dengki, langsung 'panas' pengen beli juga, nyibir..

Kalau kita juga mensyukuri apa pun kelebihan orang, wah kita akan merasakan sesuatu yang berbeda dalam diri kita. kalau saya bilangnya, rasanya, ada sekuntum bunga yang mekar di hati. wanginya kemana2. lalu tergambar deh di wajah kita, tersungging deh sebuah senyuman tulus.

beda kalau dengan yang nyinyir, prasangka jelek, niat jelek, ngiri, dengki, langsung 'panas' pengen beli juga, nyibir tadi,malah jadinya senyuman kecut atau mata melotot, pandangan menghina, marah2, galau..

kan lebih enak dilihatnya kalau muka kita ini ada senyuman tulus ketimbang senyum kecut, apalagi marah2.

Ada yang ngomongin orang lain yang punya mobil alphard. ngomongnya yang jelek2 aja. bilangnya ini lah itu lah. kita balas saja dengan memuji Tuhan, alhamdulillah. beda loh rasanya. kita juga jadi orang yang enak dilihat dari raut wajahnya, ga ketus kecut.

Dengan mensyukuri kelebihan orang lain, berarti hal itu juga akan berbalik pada diri kita. Kita jadi bisa lebih bersyukur. Kan lebih enak bersyukur daripada bersungut2.

make it happen!

ngutang GPP yang penting gaya

harriii geeennneee gak gaya? gak gaul laaaa!!

kalimat diatas jadi patokan kita untuk mengesahkan yang namanya ngutang, entah itu dengan menggunakan kartu kredit, atau sekedar minjem sama mami dan papi.

"Pa, pinjem duit nya dulu ya.."
"Ma, pinjem seratus dulu dong.."
"Enggak apa-apa deh gesek lagi, kan yang kemarin baru dibayar.."
"Wah, ada promo pake kartu kredit! Lumayan, diskon 20%.."

kalau pake bahasa saya, ini mah namanya cembelewek..
ga mutu.

Kita kan tahu, ngutang itu kalau sudah kepepet, mbok ya, kalo beli rokok ke warung jangan ngutang, kan rokok bukan kebutuhan. mbok ya, gak usah beli iphone, toh henpon lama masih baru dibeli 3 bulan yang lalu. mbok ya, ga usah maksa nonton konser, kalau dompet udah tanggal tua.

jangan maksain, kalau memang tidak perlu.
jangan maksain, kalau tidak menyangkut hidup mati kita.
jangan maksain, kalau cuman gara2 enggak punya seperti yang orang lain punya.
jangan maksain, kalau cuma laper mata.
jangan maksain, hanya karena dibilang enggak gaul.

kita ya kita. mereka ya mereka. biarin aja. kecuali kalau memang sudah ada uangnya, nah baru boleh deh.

saya tidak menyarankan banget untuk ngutang hal2 yang enggak perlu. buat apa? gadget akan terus ada yang baru setiap tahunnya. kendaraan juga begitu, selalu ada saja yang model baru setiap tahunnya. promo kartu kredit juga ada saja yang menggiurkan lewat diskon tambahan (padahal tetep judulnya ngredit, ngutang). kalau enggak menghisap rokok sehari dua hari kan enggak mati toh? kalau terlihat sederhana, bukan berarti terhina toh? kalau enggak nenteng barang mahal, kan tidak menurunkan derajat toh?

kalau kita hanya melihat keadaan diri kita dari apa yang terlihat saja, baik itu untuk menunjukkan status, uang, kekayaan, jabatan, dll, sama saja kita ini tidak menghargai diri sendiri. yang dinilai dari dalam diri kita itu bukan yang menempel pada diri dan badan kita, tapi dari tingkah laku kita.

kalau orangnya biasa aja, tapi suka tersenyum, orang pun akan senang.
kalau orangnya sederhana, tapi bisa memecahkan masalah, karena dia pintar, akan jadi tempat orang bertanya.
kalau orangnya sedang2 aja, jelek engga, cakep juga enggak, tapi suka bersedekah, orang pun akan senang berteman dengan dia.
dll

kalau gaya hanya diukur dari yang terlihat, wah rugi lah kita! boros jadinya.